Jumat, 27 Maret 2020

Gudeg Kotagede

Brilio.net
Kotagede memang terkenal dengan kerajinan perak dan kuningan, namun begitu Kotagede juga tidak kalah dalam hal kuliner, daerah ini menyediakan banyak jenis makanan termasuk makanan untuk sarapan, diantaranya yang terkenal di Kotagede maupun di Jogja adalah makanan khas gudeg. 







Gudeg adalah makanan yang terbuat dari nangka yang dimasak dan dibumbui sedemikian rupa sehingga menjadi masakan manis yang terkenal dan disukai baik oleh penduduk lokal jogja maupun wisatawan para penikmat kuliner.











Gudeg Kotagede yang paling enak dapat ditemukan di dalam Pasar Tradisional Kotagede, Anda tinggal masuk saja ke dalam pasar, dan amati daerah di tengah pasar, disitu akan terlihat kerumunan para pembeli yang sangat mencolok. Jika Anda dekati maka jangan heran jika mereka memang sengaja berlelah-lelah mengantri hanya untuk menunggu giliran mendapat gudeg dari si embah. Rasakan nikmatnya sebungkus gudeg, dan temukan guyonan dari si embah yang biasa beliau lontarkan sembari membungkus gudeg dengan sangat cepat. Selamat menikmati!!

Jalanan Kotagede Sepi Imbas Virus Corona (Covid-19) Yang Merajalela

Group Facebook Kotagede

Saat ini virus Corona memang sedang merajalela di dunia, termasuk di Indonesia. Akibatnya jalanan di kota-kota tampak sepi dan lenggang. Tidak terkecuali dengan Kotagede.

Kotagede sebenarnya dikenal dengan masyarakatnya yang memiliki mobilitas tinggi dalam hidup mereka. Pasar Legi adalah tempat yang sangat ramai dan sering dijadikan tempat untuk silaturahmi antar teman disamping untuk melakukan bisnis atau jualan. Namun kali ini berbeda, pada bulan Maret 2020 ini Kotagede sangat siaga terhadap serangan virus mematikan Covid-19 yang sedang merebak di seluruh dunia.

Jalanan di Kotagede tampak sepi dari alat transportasi apapun, tidak heran memang, karena penyebaran virus Covid-19 memang begitu masif. Orang-orang merasa bergidik dengan sepak terjang virus ini.

Pemkot juga tidak mau tinggal diam, mereka mengintruksikan bahwa semua warna diharapkan dapat melakukan social distancing, jauhi menjaga jarak dengan orang lain dalam berinteraksi, untuk mencegah penularan virus yang diketahui dalam menular melalui droplet orang yang lagi sakit, atau cairan ludah yang menempel. Virus Corona yang sering disebut dengan Coronavirus ini bisa masuk melalui mulut dan mata seseorang, juga bisa masuk melalui hidung. Maka dari itu semua orang disarankan jangan sering-sering memegang wajah sendiri kalau belum cuci tangan dengan sabun yang bersih.

Instruksi ini sesuai dengan apa yang sudah diperintahkan oleh Ngarsa Dalem, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Orang-orang diharapkan dapaet menjaga kesehatan diri dan orang lain, dan melakukan social distancing dengan benar.

Pemkot juga melakukan sejumlah tindakan dengan menyemprot disinfekstan di semua daerah di kota, termasuk di Kotagede.

Group Kotagede Jogjakarta

Group Kotagede Jogjakarta


Semoga wabah ini segera berakhir..

Makanan Kipo Khas Kotagede

andikaawan.blogspot.com

Bu Djito sudah sejak dulu sekali berjualan makanan yang oleh banyak orang dirasakan sangat asing ini, Kipo pertama kali dijajakan oleh bu Djito di pasar lalu orang-orang sering bertanya dengan kata-kata, "Iki opo?" atau "Ini apa?" dengan maksud ingin menanyakan jenis makanan apakah yang ibu Djito bawa tersebut. Karena pertanyaan itulah lalu kemudian makanan ini dinamakan Kipo. Bagi para pelancong dari luar daerah, Anda bisa menemukan kipo di kios Bu Djito di Jalan Mondorakan Nomor 27, Kotagede, Yogyakarta. Letaknya adalah sebelah barat pasar Kotagede sekitar 500m di pinggir jalan.

Sampai sekarang pun tidak banyak orang yang mengenal Kipo sebagai makanan khas Kotagede walaupun mereka sering mampir ke Kota Jogja, makanan ini sangat khas dengan warnanya yang hijau dan coklat ditengah hasil perpaduan antara gula merah dan kelapa. 

Usaha pembuatan makanan kipo saat ini dikelola oleh anak bu Djito yang bernama Estri Rahayu. Beliau bercerita bahwa usaha yang pertama kali dikelola oleh ibunya itu sudah dimulai sejak tahun 1946. Istri Rahayu membantu usaha kipo ibunya sejak dia berumur delapan tahun.

"Saya mulai pegang sejak tahun 1990. Ibu saya meninggal tahun 1993," kata bu Estri.

Bu Djito memang sudah lama tiada, tetapi kipo olahannya masih terus lestari hingga kini. Selain kipo, kios milik bu Djito ini juga menjual aneka makanan tradisional dan jajanan lain yang juga tidak kalah enak.


Pernah pada tahun 1987, olahan makanan Kipo Bu Djito ini diikutkan dalam pameran makanan tradisional, dari situlah makanan kipo ini mulai dikenal oleh banyak orang khususnya masyarakat Jogja. Perlombaan pun pernah diikuti dengan menampilkan makanan kipo ini sebagai produk utama di Jakarta, dari sinilah kipo merambah kalangan menengah atas sebagai makanan camilan yang sangat manis.

"Berawal dari lomba, kipo mulai dikenal orang-orang menengah ke atas, sampai masuk ke hotel-hotel," tutur bu Estri.


Resep kipo berawal dari nenek Estri, tetapi kemudian dikembangkan Bu Djito dan ternyata banyak disukai orang. Sampai saat ini pun Istri tetap mempertahankan resep asli turun-temurun tersebut.


Jika Anda mampir ke kios Bu Djito, Anda bisa melihat sendiri pembuatan kipo. Tangan terampil Istri tampak biasa mengolah adonan. Adonan kulit terbuat dari tepung ketan. Warna hijau didapat secara alami, yaitu dari daun suji. Tepung ketan dicampur sari daun suji dan daun pandan. Tak mengherankan, aroma kipo begitu harum karena menggunakan daun pandan. Sementara isiannya menggunakan kelapa muda yang dicampur gula jawa.


"Adonan untuk kulit ambil sebanyak biji kelereng, lalu pipihkan, dan beri isian. Tutup seperti buat pastel mini," kata Istri.

Adonan yang sudah diberi isian kemudian dibungkus daun pisang, lalu dipanggang. Satu porsi terdiri dari lima kipo. Kipo-kipo yang telah berselimut daun pisang lalu dipanggang di atas cobek. Rasa manis bercampur harum pandan dan kenyalnya kulit dari ketan dalam satu gigit. Paduan yang apik. Dulu, Bu Djito menggunakan bahan bakar arang, tetapi kini memakai gas. Karena tidak menggunakan bahan pengawet, kipo hanya awet semalam.


"Tidak basi, tapi nanti jadi keras," ujar Istri.


Sehari kios Bu Djito bisa menjual 5-6 kilogram adonan. Jika 1 kilogram adonan bisa untuk membuat 80 porsi, sementara harga satu porsi Rp 1.100, Anda bisa menghitung sendiri omzet selama sebulan. Istri mengaku ingin lebih mengembangkan usahanya. Namun, ia kesulitan mendapatkan tenaga untuk membantunya.


"Tidak semua orang bisa mengerjakan ini karena berat harus mengerjakan satu-satu. Perlu ketelatenan," ia menjelaskan.


Setiap orang harus mengerjakan sendiri, dari membuat adonan sampai memanggang. Menurut Istri, tiap orang bisa menghasilkan 25-30 porsi per jam. Untuk bisa menikmati Kipo Bu Djito, Anda harus mampir ke kiosnya karena Anda tidak akan menemukannya di tempat lain.


"Saya nggak titip di mana-mana. Tidak ada di tempat lain," katanya.


Kios ini buka jam 05.00-17.00. Banyak orang memesan kipo dalam jumlah banyak. Ada pula hotel yang memesan untuk sebuah acara. "Kadang bisa 300-400 untuk pengantin. Ada yang pesan untuk oleh-oleh dan hajatan," ungkapnya.


Saat ini di Kotagede tak hanya kios Bu Djito yang berjualan kipo. Menurut Istri, ada tujuh keluarga yang menjalankan usaha serupa. Ia tak merasa hal tersebut sebagai ancaman atau saingan bisnis karena masing-masing usaha memiliki pelanggan.


Sumber: Kompas.com

Kotagede Yogyakarta

Google Map

Kotagede atau Kutagede yaitu sebuah kecamatan di Kota Yogyakarta, Provinsi Kawasan Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Batas-batas Kecamatan Kotagede yaitu sebagai berikut.

Utara : Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Banguntapan, Bantul
Timur : Kecamatan Banguntapan, Bantul
Selatan: Kecamatan Banguntapan, Bantul
Barat : Kecamatan Banguntapan, Bantul dan Kecamatan Umbulharjo
Nama 'Kotagede' diambil dari nama kawasan Kota Lama Kotagede, yang terletak di perbatasan kecamatan ini dengan kabupaten Bantul di sebelah selatan.

Daftar konten
1 Sejarah
2 Wilayah yang terbelah
3 Daftar kelurahan di Kotagede
4 Tempat Wisata
4.1 Kompleks Makam Pasarean Mataram dan Masjid Luhur Mataram
4.2 Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka
4.3 Kawasan Sentra Kerajinan Perak Jalan Kemasan
4.4 Pasar Legi
5 Institusi pendidikan
6 Pranala luar

Sejarah

Kotagede anggota dari Kasunanan sebelum 1952
Sebelum 1952 wilayah ini yaitu anggota dari Kasunanan Surakarta (merupakan sebuah enklave)

Semula, Kotagede yaitu nama sebuah kota yang yaitu Ibukota Kesultanan Mataram. Selanjutnya kerajaan itu terpecah menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Wilayah yang terbelah
Wilayah Kecamatan Kotagede beberapa dulu yaitu anggota dari bekas Kota Kotagede ditambah dengan kawasan sekitarnya. Sedangkan anggota lain dari bekas Kota Kotagede kehadiran di wilayah Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Kondisi seperti itu kadang-kadang menyulitkan untuk menimbulkan Kotagede dalam konteks sebagai bekas Kota yang masyarakatnya mempunyai kesatuan sosiologis dan antropologis. Sampai sekarang masyarakat bekas Kota Kotagede dalam keaktifan sosial sehari-hari masih sangat solid dalam kesatuan itu.

Kesulitan pembangunan oleh pemerintah muncul di dunia ketika penanganan dimainkan oleh stake-holder pemerintah di tingkat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Pemerintah Kota Yogyakarta hanya mampu menyentuh wilayah bekas Kota Kotagede yang masuk wilayah Kota Yogyakarta. Demikian juga Pemerintah Kabupaten Bantul hanya dapat meneyentuh wilayah yang masuk Kabupaten Bantul.

Soliditas masyarakat tersebut membangun sebuah kesatuan wilayah yang tak terpisahkan sebagaimana dulu batasan wilayah Kota Kotagede ini masih eksis. Wilayah bekas Kota Kotagede harus ditangani oleh dua unit Pemerintah yang lain. Dalam konteks otonomi kawasan sekarang ini, ketika kewenangan tingkat Kabupaten dan Kota relatif luhur, makin terasakan betapa mereka harus menghadapi 2 (dua) kepandaian yang lain untuk satu kesatuan wilayah tersebut. Aib satu contoh permasalahan yang segera dapat diamati atau dirasakan masyarakat yaitu bila menyangkut penanganan kawasan heritage. Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mempunyai perbedaan prioritas. Maka masyarakat Kotagede harus atau bertambah sering berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi Kawasan Istimewa Yogyakarta.

Sebagai kota tua bekas Ibukota kerajaan, Kota Kotagede yaitu kota warisan (heritage) yang amat berpotensi untuk kemakmuran masyarakatnya. Namun hambatan pembagian wilayah pemerintahan akan terus menjadi permasalahan yang tak pernah dibahas dalam tingkat kemauan politik, kecuali masyarakatnya menghendaki.

Daftar kelurahan di Kotagede
Kelurahan Rejowinangun yang memiliki kode pos 55171
Kelurahan Prenggan yang memiliki kode pos 55172
Kelurahan Purbayan yang memiliki kode pos 55173
Tempat Wisata
Kompleks Makam Pasarean Mataram dan Masjid Luhur Mataram

Aib satu pintu gerbang di kompleks makam raja-raja di Kotagede.
Suasana tradisional masih sangat terasa di kota ini, misalnya terlihat di kompleks Masjid Luhur Mataram yang terasa masih seperti di lingkungan kraton, lengkap dengan pagar batu berelief meliliti mesjid, pelataran yang luas dengan beberapa pohon sawo kecik, serta sebuah bedug mempunyai ukuran luhur.

Selain itu di Kotagede juga terdapat makam raja-raja Mataram bernama komplek Pasarean Mataram dimana terdapat sela lain makam Panembahan Senopati. Namun kemudian komplek makam raja-raja Mataram selanjutnya dipindahkan ke kawasan Imogiri oleh Sultan Luhur Hanyokrokusumo saat masa pemerintahannya.

Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka
Kawasan Sentra Kerajinan Perak Jalan Kemasan
Kawasan ini dikenal dengan kerajinan peraknya yang terletak di sepanjang Jalan Kemasan sampai pertigaan eks-Bioskop Istana.

Pasar Legi
Ke luar dari Komplek Makam Raja-Raja pengunjung akan disambut oleh kemeriahan Pasar Kotagede yang selalu ramai setiap hari. Namun terdapat suasana lain apabila telah tersedia ke Pasar Kotagede di kala penanggalan Jawa menunjukkan hari pasaran Legi. Pasar Kotagede akan bertambah ramai dan sesak patut oleh penjual maupun pembeli, bahkan area pasar dapat bertambah sampai muka Kantor Pos/TK ABA. Oleh karena itu, oleh beberapa luhur penduduk Kotagede, pasar ini bertambah dikenal dengan nama Pasar Legi. Kipo dan yangko yaitu makanan khas Kotagede yang dapat diperoleh di Pasar Legi dan sekitarnya.

Institusi pendidikan
SD Muhammadiyah Kleco Yogyakarta
SD Kotagede 5 Yogyakarta
SMP Negeri 9 Yogyakarta
SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta
SMA Negeri 5 Yogyakarta
SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
SMA IT Abu Bakar Yogyakarta
Stisip Kartika Bangsa Yogyakarta

Rabu, 25 Maret 2020

Video Profil HS SIlver Kotagede (short version-2010)

Mengenal Proses Pembuatan Kerajinan Perak di HS Silver

Toko perak HS SILVER 800-925 Kotagede Jogjakarta

HS SILVER berdiri pada tahun 1953 dengan tujuan melestarikan kebudayaan warisan nenek moyang, karena Kotagede terkenal sebagai pusat kerajinan perak Yogyakarta. HS SILVER didirikan oleh Bapak dan Ibu Harto Suhardjo, yang semula bergerak dalam bidang perhiasaan imitasi dengan nama "Terang Bulan". Kemudian pada akhir tahun 1953 Terang Bulan mengembangkan usaha ke bidang kerajinan perak. Sesuai dengan tradisi yang ada di Kotagede, untuk nama perusahaan atau toko kerajinan perak biasanya menggunakan nama pemilik sebagai nama perusahaan, oleh karena iyu nama Terang Bulan diganti dengan nama HS SILVER. HS SILVER adalah kependekan dari nama pemilik "Harto Suhardjo", dan SILVER adalah jenis usaha kerajinan yang dikerjakan dan dihasilkan. Semenjak didirikan HS Silver sudah menjadi anggota Koperasi Produksi dan Pebgusaha Perak Yogyakarta (KP3Y). Pada tahun 1965 HS SILVER membuka artshop di Jl. Mondorakan No. 1 Kotagede, Jogjakarta sampai sekarang. Untuk memperluas pemasarannya, di tahun 1975 HS Silver mendirikan cabang di Bali dengan tempat yang belum menetap. Kemudian di tahun 1980 HS Silver cabang Bali mendapat tempat usaha tetap di Jl. WR. Supratman No 42A. Tahun 1998 tempat usaha berpindah ke Jl. Batuyang No.  2 Batu Bulan Gianyar, Bali sampai sekarang. Pada tahun 1990 nama perusahaan diubah menjadi HS Silver 800-925, artinya HS Silver adalah abreviasi seperti keterangan diatas, 800-925 melambangkan kadar perak yang dapat dikerjakan. 800 adalah kadar kerajinan perak terendah dan 925 adalah kadar kerajinan perak yang dapat dibentuk dalam hitungan prosentase.

 Alamat asli di Kotagede:
Jl. Mondorakan No.1 Kotagede, Yogyakarta.
Website: http://hssilver.com

Selasa, 24 Maret 2020

Kerajinan Perak Kotagede


Kerajinan perak Kotagede bermula dari kebiasaan para abdi dalem kriya Kotagede membuat barang-barang keperluan Kraton untuk memenuhi kebutuhan akan perhiasan atau perlengkapan lainnya bagi Raja dan Kraton serta kerabat-kerabatnya. Lokasi perajin perak ada di hampir setiap sudut Kotagede dari pasar kotagede hingga Masjid Agung dan bekas Istana Mataram Islam. Dan hampir sepanjang jalan Kotagede terdapat puluhan toko, perajin maupun koperasi kerajinan perak. Jika saja keraton Yogyakarta pada saat itu terutama pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII beliau tidak menaruh minat pada hasil-hasil kerajinan logam perak di Kotagede, mungkin keadaan Kotagede tidak akan setenar seperti sekarang ini, yang sangat masyur dengan kerajinan peraknya.

Perak berasal dari kata bahasa latin "Argentum", logam ini biasanya digunakan untuk membuat uang logam, perhiasan, sendok, atau menurut kabar dapat digunakan juga untuk mebuat bantalan mesin pesawat terbang. Kotagede adalah sentra kerajinan perak yang sudah terkenal sejak jaman dulu. Menurut catatan Djoko Soekiman, sudah sejak abad ke-16 (masa kerajaan Mataram Islam), Kotagede muncul sebagai pusat perdagangan yang cukup maju; hal ini ditandai dengan sebutan lain untuk kotagede, yaitu Sar Gede atau Pasar Gede yang dapat diartikan sebagai ‘pasar besar’ (pusat perdagangan yang besar). Nama-nama daerah di sekitar Kotagede pun sering dikaitkan dengan nama-nama yang terkait dengan sebuah kerajinan, sebagai contoh nama daerah Samakan, ini diambil dengan makna sebagai tempat tinggal para pengrajin kulit kala itu, kemudian ada nama Sayangan, yaitu sebagai tinggal para pengrajin barang dari bahan tembaga dan perunggu), Batikan (tempat tinggal para pengrajin batik), dan Pandean (tempat tinggal para pengrajin besi).


Kerajinan perak di Kotagede muncul bersamaan dengan berdirinya Kotagede sebagai ibu kota Mataram Islam pada abad ke-16. Ada bukti yang menunjukkan bahwa seni kerajinan perak, emas, dan logam pada umumnya telah dikenal sejak abad ke-9 (zaman Mataram Kuna/Hindu) dengan diketemukannya prasasti di Jawa Tengah yang di dalamnya termuat istilah pande emas, pande perak, pande wesi, dan sebagainya. Perkembangan perusahaan perak Kotagede mengalami masa keemasan antara tahun 1930—1940-an dengan munculnya perusahan-perusahaan baru, peningkatan kualitas, dan diciptakannya berbagai motif baru.

Industri perak mulai berkembang dan merambah pasaran dunia ketika Kotagede kedatangan seorang pedagang bangsa Belanda yang memesan barang-barang keperluan rumah tangga Eropa dengan bahan perak. Barang-barang tersebut berupa tempat lilin, perabotan makan minum, piala, asbak, tempat serbet, dan perhiasan dengan gaya Eropa ber motif khas Yogyakarta didominasi bentuk daun-daun, bunga, dan lung (sulur). Ternyata pesanan itu diminati orang-orang Eropa. Sejak saat itu berbagai order berdatangan dengan jumlah yang terus melambung. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas, pemerintah Hindia Belanda mendirikan satu lembaga khusus, yaitu Stichting Beverdering van het Yogyakarta Kenst Ambacht (disebut juga Pakaryan Ngayogyakarta). Lembaga ini memberikan pelatihan tentang teknik pembuatan kerajinan perak dan pengembangan akses pasar. Kegiatannya antara lain mengikuti Pekan Raya di Jepang tahun 1937 dan di Amerika tahun 1938.


Pertumbuhan perusahaan pengrajin perak diawali dengan adanya pakaryan perak, istilah ini dimaksudkan sebagai usaha membuat barang-barang seni dari perak. Pada awalnya, semua barang tersebut dibuat tidak untuk diperdagangkan, hanya sekedar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, namun karena usaha kerajina itu mengalami perkembangan yang pesat terutama dengan adanya organisasi dan spesialisasi berupa perusahaan perak, maka kerajina perak selanjutnya dijadikan sebagai komoditas perdagangan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Meskipun begitu, perak Kotagede masih dikerjakan dengan cara yang sama, yaitu sebagai suatu bentuk kerajinan yang menuntut keterampilan tangan.

Setelah mengalami pasang surut, industri perak Kotagede tetap tak lapuk oleh hujan tak lekang oleh panas. Saat ini, memasuki wilayah Kotagede berarti kita siap disergap puluhan art shop perak yang terserak di kanan-kiri jalan. Di Kotagede, wisatawan tidak sekedar dapat memilih dan membeli souvenir, tetapi bisa menyaksikan proses pembuatannya. Proses produksinya diawali dengan peleburan perak murni berbentuk kristal, dicampur dengan tembaga. Kadar perak standar adalah 92,5%. Perak yang dilebur dan berbentuk cair dicetak untuk mendapatkan bentuk yang mendekati bentuk yang diinginkan, misalnya bakalan bentuk teko atau bakalan bentuk cincin. Proses kedua ini disebut singen atau disingekake (dicetak). Proses berikutnya ialah mengondel, yaitu memukul-mukul hasil cetakan untuk mendapatkan bentuk yang sesuai. Proses mengondel memerlukan tingkat ketrampilan tersendiri. Sesudah memiliki bentuk yang bagus kemudian diukir guna mendapatkan motif yang diinginkan. Proses ini memerlukan tingkat keahlian sangat tinggi. Setelah diukir baru dirakit, misalnya teko dipasangi gagang berbentuk belalai. Proses terakhir ialah finishing, yaitu membuat barang menjadi mengkilap dan menampakkan pamornya. Standar kualitas barang perak ialah 92,5%, jika kurang belum layak disebut silver. Standar baku ini ditetapkan untuk menjamin kualitas produk. Sedangkan harga ditentukan oleh kadar perak tiap gramnya dan tingkat kesulitan pembuatan.

Namun begitu, pada masa akhir-akhir tahun ini, kerajinan perak Kotagede dirasakan mengalami penurunan lagi, terjadi kelesuan diantara para pembeli dan para pengrajin perak di Kotagede. Kerajinan perak yang mulanya dikerjakan sendiri oleh pengrajin Kotagede, ada beberapa persen yang malah dikerjakan diluar daerah karena minimnya regenerasi pengrajin di tingkat lokal. Sangat disayangkan memang, kejadian ini sekarang masih diperbincangkan diantara tokoh-tokoh masyarakat Kotagede, yang tentu saja mereka memikirkan langkah kedepan bagaimana supaya kerajinan hasil warisan selama ratusan tahun ini dapat bergairah kembali

Bagi Anda yang menginginkan mengetahui kadar kemurnian perak, dipersilahkan mampir ke Balai Besar Perindustrian di Jalan Kusumanegara. Jika Anda masih awam dengan perak, dapat memulai kunjungan ke art shop KP3Y (Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta) di kawasan Mondorakan. Di sini kita bisa mendapatkan informasi tentang standar mutu dan harga perak. Kemudian penjelajahan bisa dilanjutkan ke berbagai art shop di seluruh penjuru Kotagede sambil menikmati suasana khas sebuah kota tua nan eksotis.

Diolah dari berbagai sumber.

Toko Perak Ansor's Silver, Kotagede, Jogja

Ansor Silver adalah produsen kerajinan perak yang berdiri sejak tahun 1956. Toko ini berpusat di Kotagede yang terkenal dengan sentra kerajinan perak. Ansor merupakan salah satu penghasil kerajinan perak terbesar di Jogja, produknya meliputi perhiasan, miniatur, aksesoris dekorasi, dan peralatan makan yang semuanya terbuat dari perak murni 800-925 karat. Produk tersebut dibuat oleh pengrajin-pengrajin yang berpengalaman dan memiliki cita rasa seni yang tinggi dalam hal kerajinan perak. 

Pengunjung yang datang ke Ansor Silver bisa langsung menyaksikan proses pembuatan kerajinan perak-perak tersebut. Mulai dari pengolahan bahan mentah sampai menjadi barang seni bernilai jual tinggi. Walaupun bengkel pembuatan perak tersebut terlihat sederhana, namun kualitas dan kemurnian peraknya tetap terjaga. Hal ini terbukti dengan kepercayaan wisatawan domestik maupun mancanegara yang membeli dari tempat ini. Ansor Silver juga menjadi rujukan para pemandu wisata dan travel agent kepada wisatawan yang menggunakan jasanya. 

Prosesnya sendiri melalui tahapan-tahapan antara lain: "perencanaan", yakni menentukan bentuk apa yang akan dibuat. Lalu "persiapan", berupa penyediaan bahan baku dan peralatan kerja. Dilanjutkan dengan "pencampuran", yaitu mencampur perak dengan logam yang lebih kuat. Logam dan perak murni dilebur ini disebut dengan proses "peleburan". Ketika perak mencair dilanjutkan dengan proses "pengecoran", yaitu memasukan cairan perak pada cetakan yang ada. Pada saat perak sudah mengeras, dilanjutkan dengan tahap pembentukan. Tahap yang paling akhir adalah proses penyelesaian atau disebut "finishing". Kualitas dari masing-masing tahapan tersebut dikontrol oleh seorang supervisor. 

Ansor Silver memiliki 28 outlet yang tersebar di Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Jakarta, Bali, dan Magelang. Adapun showroom utama adalah berada di Jogja tepatnya di Jl. Tegal Gendu, Yogyakarta. Bangunan showroom tersebut bergaya Jawa tradisional (lengkap dengan pendopo) dan didekorasi dengan barang-barang antik sehingga memberikan atmosfir yang sangat khas. Selain Ansor's Silver, di sepanjang jalan Kotagede juga banyak pengrajin-pengrajin perak, bahkan ada juga yang menawarkan paket belajar menjadi pengrajin perak seperti yang digagas oleh Studio 76. 

Sejak tahun 70-an, kerajinan perak produksi Kotagede telah diminati wisatawan mancanegara, baik yang berbentuk perhiasan, peralatan rumah tangga ataupun aksesoris penghias. Lokasi perajin perak di Kotagede tersebar merata, mulai dari Pasar Kotagede sampai Masjid Agung Mataram. Saat ini sekitar 60 toko yang menawarkan berbagai produk kerajinan perak. 

Sedikitnya ada empat jenis tipe produk yang dijual, yakni filigri (teksturnya berlubang-lubang), tatak ukir (teskturnya menonjol), casting (dibuat dari cetakan), dan jenis handmade (lebih banyak ketelitian tangan, seperti cincin dan kalung). Secara umum hasil kerajinan perak di kota ini terbagi dalam 4 jenis, yaitu aneka perhiasan (kalung, gelang, cincin, anting), miniatur seperti kapal dan candi, dekorasi atau hiasan dinding dan aneka kerajinan lainnya. 

Bahan baku kerajinan perak Kotagede ada 2 yaitu lembaran perak yang biasa disebut Gilapan dan benang-benang perak yang biasanya disebut Trap atau Filigran. Dalam setiap proses pembuatannya, ternyata tidak sepenuhnya berbahan dasar perak murni melainkan ada pencampuran dengan tembaga. Seratus persen perak dicampur dengan tembaga 7,5%. Sebab kalau perak murni terlalu lembek dan kurang kuat untuk dijadikan barang kerajinan, oleh karenanya dicampur tembaga sebagai pengerasnya. 

Dan hasil Gilapan berbentuk lembaran ataupun batangan perak itu dipukul-pukul dengan alat tertentu seperti palu yang kemudian menjadi lembaran-lembaran gepeng. Setelah itu dibentuk sesuai dengan disain yang telah dibuat seperti teko, gelas, piring, sendok dan lainnya. 

Sedangkan untuk mendapatkan bentuk benang perang atau Trap, awalnya batangan perak dipukul-pukul hingga tipis dan memanjang, kemudian diurut menggunakan urutan dan tang jumput sehingga membentuk benang-benang perak dengan menggunakan pemintal. Benang-benang perak tersebut ditempatkan di sebuah kertas menurut gambar yang sudah didisain. Supaya menempel, ditaburi bubuk patri perak yang selanjutnya dipanaskan menggunakan semprotan api, lalu direbus menggunakan air tawas supaya bekas hitam akibat semprotan api menjadi putih kembali. 

Hasilnya sungguh luar biasa, ada yang berbentuk kalung, anting, dan bros seharga mulai dari Rp 20.000 hingga miniatur kapal layar, perlengkapan makan, dan miniatur Candi Borobudur yang kesemuanya bisa mencapai harga hingga Rp 30 juta. 

Kerajinan perak Kotagede hingga kini tetap diminati oleh wisatawan lokal dan mancanegara yang datang baik secara perorangan, kelompok kecil maupun rombongan.


Alamat:
Jl. Tegal Gendu 28 Kotagede, Yogyakarta 55172 - Indonesia
Phone: +62 274 373266, +62 274 371305 
Fax: +62 274 382258 
Website: http://www.ansorsilver.com

Minggu, 22 Maret 2020

Kerajian Perak Kotagede Kini


Kerajinan perak Kotagede awalnya adalah dari kebiasaan para abdi dalem kriya Kotagede dalam membuat barang-barang keperluan Kraton untuk memenuhi kebutuhan perhiasan dan perlengkapan lainnya bagi Raja dan Kraton serta kerabat-kerabatnya. Lokasi perajin perak ada di hampir setiap sudut daerah Kotagede dari pasar kotagede hingga Masjid Agung dan bekas Istana Mataram Islam. Dan hampir sepanjang jalan Kotagede terdapat puluhan toko, perajin maupun koperasi kerajinan perak. Jika saja keraton Yogyakarta pada saat itu terutama pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII beliau tidak menaruh minat pada hasil-hasil kerajinan logam perak di Kotagede, mungkin keadaan Kotagede tidak akan setenar seperti sekarang ini, yang sangat masyur dengan kerajinan peraknya.

Perak berasal dari kata bahasa latin "Argentum", logam ini biasanya digunakan untuk membuat uang logam, perhiasan, sendok, atau menurut kabar dapat digunakan juga untuk mebuat bantalan mesin pesawat terbang. Kotagede adalah sentra kerajinan perak yang sudah terkenal sejak jaman dulu. Menurut catatan Djoko Soekiman, sudah sejak abad ke-16 (masa kerajaan Mataram Islam), Kotagede muncul sebagai pusat perdagangan yang cukup maju; hal ini ditandai dengan sebutan lain untuk kotagede, yaitu Sar Gede atau Pasar Gede yang dapat diartikan sebagai ‘pasar besar’ (pusat perdagangan yang besar). Nama-nama daerah di sekitar Kotagede pun sering dikaitkan dengan nama-nama yang terkait dengan sebuah kerajinan, sebagai contoh nama daerah Samakan, ini diambil dengan makna sebagai tempat tinggal para pengrajin kulit kala itu, kemudian ada nama Sayangan, yaitu sebagai tinggal para pengrajin barang dari bahan tembaga dan perunggu), Batikan (tempat tinggal para pengrajin batik), dan Pandean (tempat tinggal para pengrajin besi).

Kerajinan perak di Kotagede muncul bersamaan dengan berdirinya Kotagede sebagai ibu kota Mataram Islam pada abad ke-16. Ada bukti yang menunjukkan bahwa seni kerajinan perak, emas, dan logam pada umumnya telah dikenal sejak abad ke-9 (zaman Mataram Kuna/Hindu) dengan diketemukannya prasasti di Jawa Tengah yang di dalamnya termuat istilah pande emas, pande perak, pande wesi, dan sebagainya. Perkembangan perusahaan perak Kotagede mengalami masa keemasan antara tahun 1930—1940-an dengan munculnya perusahan-perusahaan baru, peningkatan kualitas, dan diciptakannya berbagai motif baru.

Industri perak mulai berkembang dan merambah pasaran dunia ketika Kotagede kedatangan seorang pedagang bangsa Belanda yang memesan barang-barang keperluan rumah tangga Eropa dengan bahan perak. Barang-barang tersebut berupa tempat lilin, perabotan makan minum, piala, asbak, tempat serbet, dan perhiasan dengan gaya Eropa ber motif khas Yogyakarta didominasi bentuk daun-daun, bunga, dan lung (sulur). Ternyata pesanan itu diminati orang-orang Eropa. Sejak saat itu berbagai order berdatangan dengan jumlah yang terus melambung. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas, pemerintah Hindia Belanda mendirikan satu lembaga khusus, yaitu Stichting Beverdering van het Yogyakarta Kenst Ambacht (disebut juga Pakaryan Ngayogyakarta). Lembaga ini memberikan pelatihan tentang teknik pembuatan kerajinan perak dan pengembangan akses pasar. Kegiatannya antara lain mengikuti Pekan Raya di Jepang tahun 1937 dan di Amerika tahun 1938.

Pertumbuhan perusahaan pengrajin perak diawali dengan adanya pakaryan perak, istilah ini dimaksudkan sebagai usaha membuat barang-barang seni dari perak. Pada awalnya, semua barang tersebut dibuat tidak untuk diperdagangkan, hanya sekedar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, namun karena usaha kerajina itu mengalami perkembangan yang pesat terutama dengan adanya organisasi dan spesialisasi berupa perusahaan perak, maka kerajina perak selanjutnya dijadikan sebagai komoditas perdagangan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Meskipun begitu, perak Kotagede masih dikerjakan dengan cara yang sama, yaitu sebagai suatu bentuk kerajinan yang menuntut keterampilan tangan.

Setelah mengalami pasang surut, industri perak Kotagede tetap tak lapuk oleh hujan tak lekang oleh panas. Saat ini, memasuki wilayah Kotagede berarti kita siap disergap puluhan art shop perak yang terserak di kanan-kiri jalan. Di Kotagede, wisatawan tidak sekedar dapat memilih dan membeli souvenir, tetapi bisa menyaksikan proses pembuatannya. Proses produksinya diawali dengan peleburan perak murni berbentuk kristal, dicampur dengan tembaga. Kadar perak standar adalah 92,5%. Perak yang dilebur dan berbentuk cair dicetak untuk mendapatkan bentuk yang mendekati bentuk yang diinginkan, misalnya bakalan bentuk teko atau bakalan bentuk cincin. Proses kedua ini disebut singen atau disingekake (dicetak). Proses berikutnya ialah mengondel, yaitu memukul-mukul hasil cetakan untuk mendapatkan bentuk yang sesuai. Proses mengondel memerlukan tingkat ketrampilan tersendiri. Sesudah memiliki bentuk yang bagus kemudian diukir guna mendapatkan motif yang diinginkan. Proses ini memerlukan tingkat keahlian sangat tinggi. Setelah diukir baru dirakit, misalnya teko dipasangi gagang berbentuk belalai. Proses terakhir ialah finishing, yaitu membuat barang menjadi mengkilap dan menampakkan pamornya. Standar kualitas barang perak ialah 92,5%, jika kurang belum layak disebut silver. Standar baku ini ditetapkan untuk menjamin kualitas produk. Sedangkan harga ditentukan oleh kadar perak tiap gramnya dan tingkat kesulitan pembuatan.

Namun begitu, pada masa akhir-akhir tahun ini, kerajinan perak Kotagede dirasakan mengalami penurunan lagi, terjadi kelesuan diantara para pembeli dan para pengrajin perak di Kotagede. Kerajinan perak yang mulanya dikerjakan sendiri oleh pengrajin Kotagede, ada beberapa persen yang malah dikerjakan diluar daerah karena minimnya regenerasi pengrajin di tingkat lokal. Sangat disayangkan memang, kejadian ini sekarang masih diperbincangkan diantara tokoh-tokoh masyarakat Kotagede, yang tentu saja mereka memikirkan langkah kedepan bagaimana supaya kerajinan hasil warisan selama ratusan tahun ini dapat bergairah kembali

Bagi Anda yang menginginkan mengetahui kadar kemurnian perak, dipersilahkan mampir ke Balai Besar Perindustrian di Jalan Kusumanegara. Jika Anda masih awam dengan perak, dapat memulai kunjungan ke art shop KP3Y (Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta) di kawasan Mondorakan. Di sini kita bisa mendapatkan informasi tentang standar mutu dan harga perak. Kemudian penjelajahan bisa dilanjutkan ke berbagai art shop di seluruh penjuru Kotagede sambil menikmati suasana khas sebuah kota tua nan eksotis.

Diolah dari berbagai sumber.

Senin, 16 Maret 2020

Kantor Pos Kotagede


Siapa yang tak tahu tentang Kantor Pos Kotagede? Semua warga Kotagede pasti tau dengan yang namanya Kantor Pos Kotagede ini. Letaknya ada di sebelah timur-utara Pasar Kotagede.

Kantor Pos Kotagede melayani pengiriman paket dan surat, serta melayani pembayaran pajak dan juga transfer uang. Hal ini seperti kantor pos yang lainnya.

Deskripsi Tentang Kantor Pos (PT Pos Indonesia)

Pos Indonesia merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia yang bergerak di bidang layanan pos. Saat ini, bentuk badan usaha Pos Indonesia merupakan Perseroan Terbatas dan sering disebut dengan PT. Pos Indonesia. Bentuk usaha Pos Indonesia ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1995. Peraturan Pemerintah tersebut berisi tentang pengalihan bentuk awal Pos Indonesia yang berupa perusahaan umum (perum) menjadi sebuah perusahaan persero. Berdiri pada tahun 1746, saham Pos Indonesia sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Saat ini Pos Indonesia tidak hanya melayani jasa pos dan kurir, tetapi juga jasa keuangan, ritel, dan properti, yang didukung oleh titik jaringan sebanyak lebih dari 4.000 kantor pos dan 28.000 Agen Pos yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Sejarah Pos Indonesia

Dunia perposan modern muncul di Indonesia sejak tahun 1602 pada saat VOC menguasai bumi nusantara ini. Pada saat itu, perhubungan pos hanya dilakukan di kota-kota tertentu yang berada di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Surat-surat atau paket-paket pos hanya diletakkan di Stadsherbrg atau Gedung Penginapan Kota sehingga orang-orang harus selalu mengecek apakah ada surat atau paket untuknya di dalam gedung itu. Untuk meningkatkan keamanan surat-surat dan paket-paket pos tersebut, Gubernur Jenderal G. W. Baron Van Imhoff mendirikan kantor pos pertama di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta). Pos pertama ini didirikan pada tanggal 26 Agustus 1746. Era kepemimpinan Gubernur Jenderal Daendels di VOC membuat sebuah kemajuan yang cukup berarti di dalam pelayanan pos di nusantara. 

Kemajuan tersebut berupa pembuatan jalan yang terbentang dari Anyer sampai Panarukan. Jalan sepanjang 1.000 km ini sangat membantu dalam mempercepat pengantaran surat-surat dan paket-paket antarkota di Pulau Jawa. Jalan yang dibuat dengan metode rodi (kerja paksa) ini dikenal dengan nama Groote Postweg (Jalan Raya Pos). Dengan adanya jalan ini, perjalanan antara Provinsi Jawa Barat sampai Provinsi Jawa Timur, yang awalnya bisa memakan waktu puluhan hari, bisa ditempuh dalam jangka waktu kurang dari seminggu. Arus perkembangan teknologi telepon dan telegraf yang masuk ke Indonesia pun mengubah sistem pelayanan pos di Indonesia. Pada tahun 1906, pos di Indonesia pun akhirnya berubah menjadi Posts Telegraafend Telefoon Dienst atau Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT). Layanan pos yang awalnya berpusat di Welrevender (Gambir) juga berpindah ke Dinas Pekerjaan Umum atau Burgerlijke Openbare Werker (BOW) di Bandung pada tahun 1923. Pada saat pendudukan Jepang di Indonesia, Jawatan PTT dikuasai oleh militer Jepang. 

Angkatan Muda PTT (AMPTT) mengambil alih kekuasaan Jawatan PTT tersebut dan kemudian secara resmi berubah menjadi Jawatan PTT Republik Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 27 September 1945. Hari itu pun diperingati sebagai Hari Bakti PTT atau Hari Bakti Parpostel. Cukup banyak perubahan dalam sistem Pos Indonesia sendiri. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk badan usaha yang dimiliki oleh Pos Indonesia secara terus-menerus dari tahun ke tahun. Pada tahun 1961, Pos Indonesia resmi mejadi perusahaan negara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 240 Tahun 1961. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa Jawatan PTT itu kemudian berubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Setelah menjadi perusahaan negara, Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel) mengalami pemecahan menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). 

Hal ini bertujuan untuk mencapai perkembangan yang lebih luas lagi dari masing-masing badan usaha milik negara (BUMN) ini. Pemecahan PN Postel menjadi PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi ini memiliki legalitas hukum melalui Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1965 dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1965. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1978 dikeluarkan untuk mengubah lagi bentuk badan usaha dari pelayanan pos di Indonesia ini (melalui PN Pos dan Giro). Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut, Perusahaan Negara Pos dan Giro berubah menjadi Perusahaan Umum Pos dan Giro (Perum Pos dan Giro). Hal ini bertujuan untuk semakin mempermudah keleluasaan pelayanan pos bagi masyarakat Indonesia. 

Perubahan bentuk usaha dari sebuah perusahaan negara menjadi perusahaan umum ini pun disempurnakan lagi supaya bisa mengikuti iklim usaha yang sedang berkembang melalui keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1984 mengenai tata cara pembinaan dan pengawasan. Setelah beberapa tahun memberikan pelayanan dengan statusnya sebagai perusahaan umum, Pos Indonesia mengalami perubahan status atau bentuk usaha lagi. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1995, Perum Pos dan Giro berubah menjadi PT. Pos Indonesia (Persero). Hal ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas dan kedinamisan untuk PT. Pos Indonesia (Persero) sehingga bisa lebih baik dalam melayani masyarakat dan menghadapi perkembangan dunia bisnis yang semakin ketat persaingannya.

Kantor Pos Kotagede
Alamat: Jl. Kemasan No.1, Purbayan, Kec. Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55171





Syarat dan Ketentuan Layanan
1. Syarat dan Ketentuan Jasa Pelayanan

  • Setiap pengirim berhak mendapatkan bukti pengiriman berupa resi atau struk pengiriman. 
  • PT Pos Indonesia (Persero) bertanggung jawab terhadap kiriman yang dikirim bila pengirim telah membayar lunas semua biaya pengiriman dan biaya lainnya (kecuali bila ada kesepakatan tertentu, termasuk pembayaran kredit bagi pelanggan dengan Perjanjian Kerja Sama). 
  • Selama belum diserahkan kepada penerima, hak atas kiriman masih berada di tangan pengirim, oleh karena itu tuntutan ganti rugi atas kehilangan/kerusakan kiriman hanya dapat diajukan oleh pengirim. 
  • Pernyataan tertulis pengirim tentang isi kiriman pada Formulir pengiriman, harus sama dengan isi kiriman sebenarnya. Bila tidak sesuai, maka pengirim bertanggung jawab sepenuhnya atas segala dampak yang timbul akibat pelanggaran hukum yang dilakukannya. 
  • PT Pos Indonesia (Persero) berhak membuka dan/atau memeriksa kiriman di hadapan pengirim untuk meyakini kebenaran informasi terkait isi kiriman. 
  • PT Pos Indonesia (Persero) hanya bertanggung jawab terhadap kerusakan fisik isi kiriman, dan tidak bertanggung jawab serta tidak memberikan ganti rugi atas kiriman yang diakibatkan oleh: 
    1. Kerugian atau kerusakan yang disebabkan unsur kesengajaan oleh pengirim. 
    2. Pelanggaran terhadap aturan Dangerous Goods, Prohibited Items dan Restricted Items. 
    3. Isi kiriman yang tidak sesuai dengan pernyataan tertulis pada Bukti / Formulir Pengiriman. 
    4. Semua risiko teknis yang terjadi selama dalam pengangkutan, yang menyebabkan barang yang dikirim tidak berfungsi atau berubah fungsinya baik yang menyangkut mesin atau sejenisnya maupun barang-barang elektronik seperti halnya : handphone, kamera, radio/tape dan lain-lain yang sejenis. 
    5. Kerugian atau kerusakan sebagai akibat oksidasi, kontaminasi polusi dan reaksi nuklir. 
    6. Kerugian atau kerusakan akibat force majeure seperti : bencana alam, kebakaran, perang, huru-hara, aksi melawan pemerintah, pemberontakan, perebutan kekuasaan atau penyitaan oleh penguasa setempat. 
    7. Kerugian tidak langsung atau keuntungan yang tidak jadi diperoleh, yang disebabkan oleh kekeliruan dalam penyelenggaraan pos (UU No. 38 tahun 2009). 
2. Ketentuan Jaminan Ganti Rugi
    • RUANG LINGKUP 
      • Layanan Jaminan Ganti Rugi berlaku untuk kiriman dengan identifikasi barcode produk Express Mail Service (EMS), Paket Internasional, Layanan Tercatat (R) Internasional dan ePACKET. 
      • Layanan Jaminan Ganti Rugi merupakan: i. Layanan tambahan yang ditawarkan kepada pengguna jasa pos untuk kiriman internasional dengan nilai barang sampai dengan US $ 100. ii. Layanan yang DIWAJIBKAN untuk kiriman dengan nilai di atas US $ 100 dan kiriman dokumen berharga. 
3. Jaminan Ganti Rugi diberikan terhadap kerugian yang diderita oleh Pengirim, sebagai akibat risiko keterlambatan untuk kiriman EMS, dan risiko kehilangan dan kerusakan untuk kiriman EMS, Paket Internasional dan Surat Tercatat Internasional.

4. Jaminan ganti rugi tidak dimaksudkan untuk kerugian tidak langsung yang timbul akibat resiko keterlambatan penyerahan, kehilangan ataupun kerusakan kiriman yang diderita oleh pengirim. 

SYARAT JAMINAN GANTI RUGI 
  1. Kiriman Internasional yang pengirimannya tidak dilarang sesuai dengan peraturan yang berlaku. 
  2. Memenuhi persyaratan layanan yang telah ditetapkan oleh Pos Indonesia. 
  3. Pengirim telah membayar biaya pengiriman dan bea Jaminan Ganti Rugi. 
  4.  Pengirim menuliskan nilai barang pada formulir pengiriman pada saat transaksi di loket. 
  5. Apabila ganti rugi kehilangan telah dibayarkan kepada Pengirim, tetapi ternyata kiriman telah diterima oleh Penerima di negara tujuan, maka Pengirim harus mengembalikan ganti rugi yang telah diterima. 
  6. Apabila ganti rugi kehilangan telah dibayarkan kepada Pengirim, tetapi ternyata ditemukan kembali oleh Pos Indonesia, maka kiriman tersebut menjadi milik Pos Indonesia. HAK ATAS 
TUNTUTAN GANTI RUGI 
  1. Tuntutan ganti rugi merupakan hak pengirim. (Note: Tuntutan ganti rugi dapat diajukan oleh penerima, dalam hal pengirim telah memberikan pernyataan pelepasan hak atas kiriman kepada penerima). 
  2. Tuntutan ganti rugi hanya dapat diajukan terhadap kondisi Terlambat (khusus untuk kiriman EMS), rusak atau hilang 
  3. Tuntutan ganti rugi atas kerusakan dan kehilangan Kiriman Internasional outgoing dapat diajukan paling lambat: 2 (dua) bulan untuk EMS, dihitung sejak tanggal pengiriman. 3 (tiga) bulan untuk Paket Cepat Internasional dan Surat Tercatat Internasional, dihitung sejak tanggal pengiriman. 4 (empat) bulan untuk Paket Biasa , dihitung sejak tanggal pengiriman. 
  4. Tuntutan ganti rugi atas keterlambatan kiriman EMS outgoing dapat diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak kiriman diterima oleh penerima di negara tujuan. 
HILANGNYA HAK GANTI RUGI 

Pos Indonesia tidak berkewajiban memberikan Ganti Rugi terhadap hal-hal sebagai berikut: 
  1. Tuntutan ganti rugi diajukan melampaui batas waktu yang ditetapkan oleh Pos Indonesia. 
  2. Pengirim memberikan informasi yang tidak benar tentang isi kiriman Internasional. 
  3.  Kiriman internasional berisi barang yang dilarang pengirimannya melalui pos. 
  4. Kiriman internasional disita oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan negara asal/tujuan. 
  5. Keterlambatan/kerusakan/kehilangan kiriman internasional yang disebabkan oleh peristiwa sebab kahar (force majeure) 
  6. Keterlambatan, kerusakan atau kehilangan yang disengaja oleh Pengirim dan atau Penerima, dengan tujuan untuk mencari keuntungan dari layanan Jaminan Ganti Rugi. 
  7. Keterlambatan yang diakibatkan oleh kesulitan penyerahan kiriman kepada penerima, termasuk tapi tidak terbatas kepada:
  • Penulisan alamat yang tidak lengkap ataupun kesalahan penulisan alamat, 
  • Penerima tidak berada di tempat pada saat dilakukan antaran, 
  • Penerima terlambat datang setelah panggilan dikirimkan, 
  • Alamat PO BOX. 

  • Keterlambatan yang disebabkan oleh lamanya pemeriksaan bea cukai atau petugas yang berwenang lainnya atau karena melewati hari libur. 

 NILAI JAMINAN GANTI RUGI 
Nilai jaminan ganti rugi ditetapkan sebagai berikut: 
  • Barang baru menurut harga faktur/kuitansi pembelian dengan maksimal yang dapat dipertanggungkan adalah Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) 
  • Barang bekas, ditetapkan nilainya oleh Pengirim, dengan persetujuan Kantorpos kirim Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) 
  • Barang berisi barang seni/budaya, barang koleksi yang bersifat pribadi lainnya dan Akta Otentik yang diterbitkan oleh suatu instansi atau institusi atau lembaga tertentu, antara lain berupa ijazah, 
  • Surat Izin Mengemudi (SIM), BPKB, STNK, atau dokumen lainnya ditentukan berdasarkan biaya pengurusan atau pembuatannya maksimum sebesar Rp.6.000.000,00 (Enam Juta Rupiah) tiap Pucuk/Koli; BEA LAYANAN JAMINAN GANTI RUGI Bea Jaminan Ganti Rugi ditetapkan sebesar 0,5% (nol koma lima per seratus) dari Nilai Jaminan Ganti Rugi. Minimal bea Layanan Jaminan Ganti Rugi adalah Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).  
BESAR GANTI RUGI 

  1. Ganti rugi atas Kerusakan atau Kehilangan Kiriman: 
  • Tanpa Jaminan Ganti Rugi
  • Dengan Jaminan Ganti Rugi 

Rabu, 11 Maret 2020

Kotagede Jadi Kota Terindah di Asia Versi CNN Internasional



KRJogja. - Dengan 12 kota lainnya di Asia, Kotagede terpilih sebagai Kota Terindah di Asia versi CNN Internasional. Ada beberapa hal yang menyebabkan lokasi tempat lahirnya kerajaan Mataram Islam ini menjadi kota terindah.

Salah satu harapan setelah terpilih sebagai Kota Terindah di Asia berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

”Tentu saja kami mengapresiasi predikat tersebut. Meski sebagai penduduk asli tadinya tidak sadar tentang indah atau tidaknya. Tapi yang jelas, kalau nyaman memang iya,” ungkap salah satu tokoh masyarakat Kotagede Achmad Charris Zubair kepada KR, Rabu (4/12).

Menurut Charris, predikat tersebut diharapkan menjadi pelecut untuk menjaga dan merawat Kotagede. Caranya, memberikan inspirasi dan kontribusi agar terjaga kemanfaatannya bagi kehidupan masyarakat.

Dipaparkan pegiat pelestarian Kawasan Cagar Budaya Kotagede tersebut, ada beberapa faktor yang membuat Kotagede tumbuh sebagai kota unik hingga menghasilkan keindahan. Paling tidak ada tiga periode arsitektur yang mampu memberikan warna bagi Kotagede.

Periode pertama dimulai pertengahan abad ke-16 atau sekitar tahun 1550 M saat Sutawijaya kemudian bertahta bergelar Panembahan Senopati pada 1560- 1570. Peninggalannya berupa kraton, masjid, pemandian dan sebagainya. Menyisakan bangunan bergaya arsitektur Hindu yang kental dan unik selaras konsep ‘Tri Hita Karana’. Termasuk adanya alun-alun serta vegetasi yang sampai saat ini kompleks tersebut masih terasa keindahannya.

Periode kedua, menurut Charris Zubair, ditandai keputusan Sultan Agung memindahkan pusat kerajaan ke Kerta dan Pleret. Sejak saat itu, Kotagede tidak lagi menjadi ibukota dan kraton, tapi tumbuh sebagai kota biasa.

Adanya pasar di Kotagede melengkapi konsep Catur Gatra yang menjadikan Kotagede tumbuh sebagai kota perdagangan. “Akibatnya tumbuh rumah bergaya Jawa yang dibangun mulai pertengahan abad ke-17 hingga abad ke-18," kata Charis.

Rumah Jawa yang dibangun lengkap dengan joglo, pendapa, pringgitan, gandok dan lainnya. Saat ini, masih ada 125 rumah bergaya Jawa di wilayah Kotagede. "Meski ada beberapa perubahan fungsi ruang, tapi keindahan rumah tersebut mampu mewarnai Kotagede dengan bentang wilayahnya,” sambung Charris.

Selanjutnya, masuk periode ketiga pada awal abad 20 hingga dasawarsa ketiga yang menjadikan Kotagede masuk era kejayaan perekonomian. Penduduk Kotagede yang terdiri masyarakat Kalang dan Santri memiliki hak monopoli Hindia Belanda untuk mengurus perdagangan berlian, kain dan lainnya.

“Pada periode itu menghasilkan rumah besar dan mewah bergaya Indisch yang banyak berada di Tegalgendu. Menurut kami, tiga faktor keindahan karya arsitektur itulah yang menjadi unsur penentu sumbangsih Kotagede sebagai kota terindah,” ungkapnya.

Oleh karena itu tegas Charris, potensi tersebut harus dirawat. Tidak hanya melestarikan dengan menjaga, tapi juga memanfaatkan untuk masa kini, masa depan yang memberi nilai ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Terpisah Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan terimakasih dan apresiasi bagi pendiri serta masyarakat Kotagede masa lalu dan saat ini.

“Selamat untuk masyarakat Kotagede. Keberadaannya saat ini mampu memposisikan sebagai salah satu kota terindah di dunia adalah bukti kemampuan dan kemauan masyarakat Kotagede untuk memelihara warisannya di tengah dinamika perkembangan kota dan zaman,” ucap Dian. (Febriyanto)

Sumber: KR Jogja