Senin, 06 April 2020

Seni Ukir Perak Kotagede Terancam Punah


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Budaya seni ukir perak di Kotagede, Yogyakarta terancam punah. Ancaman ini muncul karena minimnya generasi muda yang menekuni kerajinan ukir perak. Akibatnya, sulit ditemukan perajin yang memiliki keahlian berkualitas tinggi.

Padahal, budaya seni ukir perak di Kotagede pernah mengalami masa keemasan tahun 1910-an. Pada saat itu kerajinan ini banyak diminati orang-orang Belanda.

Pandangan ini diungkapkan Priyo J Salim, perajin perak Kotagede, dalam kegiatan pengembangan desa wisata mandiri berbasis potensi UMKM di Desa Basen, Kotagede, Jumat (29/7/2011).

Kegiatan itu diprakarsai mahasiswa KKN PPM UGM. "Pasar perak saya kira masih akan tetap ada, tapi untuk budaya seni ukir perak yang bernilai seni tinggi kita khawatirkan terancam punah," kata Priyo.

Bahkan, menurut Priyo, sedikitnya 800 item koleksi desain produk ukir perak Kotagede hingga kini masih tersimpan utuh di museum Tropen, Rotterdam. Karya-karya seni ukir perak tersebut dalam berbagai bentuk alat-alat masak, pengering tinta, boks, vas bunga, botol wisky, dan sebagainya.

"Produk-produk perak kuno asal Kotagede itu memiliki desain yang sangat indah, mungkin dibuat dengan sepenuh jiwa. Kondisi itu sangat berbeda dengan saat ini, para perajin perak umumnya berkarya hanya untuk memenuhi pesanan," katanya.

Priyo mengatakan selain minimnya generasi muda yang menekuni kerajinan perak, diawali dengan diterapkannya pajak PPN sebesar 10 persen untuk produk perak menjadikan harga perak Kotagede sulit bersaing dengan produk serupa dari negara lain. "Pemberlakukan PPN 10 persen pada kerajinan perak ini betul-betul sangat berat, dan dapat mematikan kerajinan perak," kata Priyo.

Untuk itu, Priyo mengusulkan perlunya inovasi dengan penerapan seni ukir perak dalam bentuk lain misalnya perhiasan. Juga perlu adanya penghargaan bagi pekerja seni ukir perak.

Pencabutan PPN 10 persen pada produk perak, sehingga bisa menggairahkan kerajinan perak Kotagede dan juga di Indonesia. Nisa Agistiani Rachman, salah satu mahasiswa peserta KKN PPM mengatakan pihaknya telah mencanangkan pengembangan desa wisata mandiri berbasis potensi UMKM di Desa Basen, Kotagede.

Salah satunya mendorong 69 perajin perak di kelurahan tersebut untuk menggeluti kerajinan seni ukir perak yang selama ini ditinggalkan, akibat minimnya pesanan perak dari luar negeri. "Kita juga akan coba bantu pemasarannya melalui website," katanya.

Sumber: Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar