Sabtu, 15 September 2012

Artikel: Ingat Perak, Ingat Kotagede

Ingin membeli souvenir perak di Yogyakarta, cobalah datang ke Kotagede, kota kecil yang berjarak sekitar 10 kilometer sebelah tenggara Yogyakarta ini banyak sekali terdapat rumah tangga yang menyandarkan kehidupannya dari kerajinan perak. Di daerah ini, sepanjang jalan masih berdiri tegar rumah-rumah tua peninggalan Belanda dan juga ada rumah perpaduan gaya Eropa dan tradisional Jawa. 

Menurut Happy Sulistiawan, pemandu wisata di Yogyakarta, sebelum berkembang menjadi sentra kerajinan perak, Kotagede merupakan ibu kota Kerajaan Mataram yang pertama, dengan raja pertama Panembahan Senopati. Panembahan Senopati menerima kawasan yang waktu itu masih berupa hutan yang sering disebut Alas Mentaok dari Sultan Pajang, Raja Kerajaan Hindu di Jawa Timur. Kotagede menjadi ibu kota hingga tahun 1640, karena raja ketiga Mataram Islam, Sultan Agung, memindahkannya ke Desa Kerto, Plered, Bantul.

Keberadaan perajin perak muncul searing dengan lahirnya Mataram, juga tak luput dari peran Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang masuk ke Yogyakarta sekitar abad ke-16 silam. Waktu itu, banyak pedagang VOC yang memesan alat-alat rumah tangga dari emas, perak, tembaga, dan kuningan ke penduduk setempat. "Ibu kota memang dipindah dari Kotagede ke Plered, tapi itu tidak membuat para perajin ikut-ikutan pindah. Mereka yang biasanya melayani kebutuhan raja itu tetap mempertahankan dan menjalankan usahanya dengan menjualnya ke masyarakat umum," jelas Happy. 

Dari pengaruh Kerajaan Mataram dan VOC inilah, maka rumah-rumah pada waktu itu bergaya campuran Jawa dan Eropa, atau juga disebut rumah Kalang. Keunikan Rumah Kalang ini adalah adanya perpaduan unsur Jawa dan Eropa, yaitu joglo yang dijadikan rumah induk terletak di bagian belakang dan di depan bangunan model Eropa.

Bangunan Eropa ini cenderung ke bentuk baroque, berikut corak Corinthian dan Doriq. Sedang pada bangunan joglonya, khususnya pendopo sudah termodifikasi menjadi tertutup, tidak terbuka seperti pendopo joglo rumah Jawa. Pendopo Jawa umumnya terpisah dari bangunan utamanya, sedangkan yang ini menyatu. 

Relief-relief dengan warna-warna hijau kuning, menunjukkan bukan lagi warna-warna Jawa lagi. Munculnya kaca-kaca warna-warni yang menjadi mosaik penghubung antar pilar-pilar, menunjukkan joglo ini memang sudah menerima sentuhan lain. 

Rumah bergaya campuran Jawa dan Eropa ini yang sekarang menjadi milik keluarga Ansor terletak sekitar 300 meter di utara Pasar Kotagede. Sambil menikmati keindahan arsitektur masa lampau, wisatawan juga bisa membeli kerajinan perak yang diukir indah oleh tangan-tangan terampil serta menikmati santapan lezat di rumah keluarga Ansor yang telah dijadikan salah satu galeri perak terbesar Kotagede serta sebuah restoran tanpa merubah bentuk asli rumah tersebut. 

Sumber: Majalah Travel Club

Tidak ada komentar:

Posting Komentar